Kita kian dihadapkan pada berbagai isu lingkungan yang kompleks, dan perubahan iklim adalah isu yang paling menonjol. Salah satu faktor utama yang mendorong perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca, dan jejak karbon berperan penting dalam hal ini.
Apa itu Jejak Karbon?
Jejak karbon (carbon footprint) adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh individu, organisasi, produk, atau kegiatan tertentu, diukur dalam satuan ton CO2 (karbon dioksida) atau setara CO2 (CO2e).
Penghitungan emisi gas rumah kaca biasanya tidak hanya menghitung emisi karbon dioksida yang dihasilkan, namun juga emisi gas lainnya seperti metana, dinitrogen oksida, dan klorofluorokarbon (CFC). Semakin tinggi jejak karbon, semakin besar pula kontribusinya terhadap pemanasan global.
Menurut Statista, negara dengan jejak karbon tertinggi di dunia pada 2022 adalah Qatar, dengan emisi sebanyak 37.6 ton CO2e per kapita. Emisi di Qatar paling banyak dihasilkan oleh industri listrik dan semen.
Jejak karbon ada yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Mari kita pakai produksi dan konsumsi barang sebagai contoh.
Bagi perusahaan, proses memproduksi dan mendistribusikan barang adalah jejak karbon langsung, seluruh proses berada dalam kontrol perusahaan. Namun, bagi para individu, mengkonsumsi produk tersebut merupakan jejak karbon tidak langsung, karena individu tetap menikmati produk walaupun tidak bisa mengontrol jumlah gas/emisi yang dihasilkan.
Bagaimana Aktivitas Manusia Menimbulkan Jejak Karbon?
Berbagai aktivitas sehari-hari kita menghasilkan gas rumah kaca yang berkontribusi pada jejak karbon. Berikut beberapa contohnya:
Pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga termal, dan industri manufaktur yang menggunakan batubara, minyak bumi, dan gas alam menghasilkan emisi CO2 yang signifikan.
Kegiatan industri. Proses manufaktur, pengolahan bahan baku, dan pembuangan limbah industri dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti CO2, metana, dan dinitrogen oksida.
Deforestasi. Penebangan hutan melepaskan karbon yang tersimpan di pepohonan ke atmosfer, berkontribusi pada peningkatan CO2.
Pertanian. Aktivitas pertanian seperti penggunaan pupuk sintetis dan peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti metana dan nitrous oxide.
Konsumsi barang dan jasa. Produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa juga menghasilkan emisi gas rumah kaca, mulai dari ekstraksi bahan baku, pengiriman ekspedisi, hingga pembuangan sampah.
Dampak Jejak Karbon yang Tinggi
Jejak karbon yang tinggi sangat berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim. Hal ini disebabkan oleh efek gas rumah kaca, yakni peningkatan suhu bumi karena emisi GRK menjebak panas matahari di atmosfer. Semakin tinggi jejak karbon dan emisi GRK, maka semakin banyak pula panas matahari yang ditahan.
Peningkatan suhu Bumi ini menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan.
Pertama, cuaca ekstrem yang lebih sering, seperti gelombang panas, gelombang dingin, musim kering dan hujan berkepanjangan, dan badai yang lebih besar dan kuat.
Peningkatan panas juga menyebabkan es kutub mencair. Air dari lelehan es ini menaikkan permukaan air laut, sehingga menyebabkan banjir dan menenggelamkan wilayah-wilayah pesisir.
Tidak hanya itu, karbon dioksida yang berlebihan tidak hanya terperangkap di atmosfer, namun juga diserap oleh laut. Hal ini menurunkan pH air laut dan membuatnya lebih asam. Kondisi ini berbahaya bagi berbagai spesies laut seperti moluska, terumbu karang, dan plankton. Terancamnya ekosistem laut juga membahayakan manusia karena banyak sekali sumber daya laut yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dampak jejak karbon yang tinggi juga dirasakan oleh para petani dan peternak. Kini sudah sulit untuk memprediksi cuaca karena polanya kian berubah. Cuaca yang tidak menentu ini, ditambah dengan panas ekstrem, menurunkan hasil panen dan meningkatkan inflasi pangan.
Bagi masyarakat pada umumnya, dampak jejak karbon dapat dirasakan terhadap kesehatan. Polusi udara akibat emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit pernapasan, penyakit jantung, dan kanker.
Mengurangi Jejak Karbon: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Menyadari dampaknya, mengurangi jejak karbon menjadi sebuah keharusan. Berikut beberapa langkah yang dapat kita lakukan.
Kurangi pemakaian kendaraan pribadi. Salah satu penyebab jejak karbon yang tinggi di level individu adalah penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini bisa dikurangi dengan beralih ke transportasi publik, bersepeda, atau berjalan kaki.
Hemat energi. Matikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan, gunakan peralatan hemat energi, dan beralih ke energi terbarukan seperti energi matahari atau angin.
Daur ulang dan pengomposan. Mengurangi sampah dan mendaur ulang bahan yang dapat didaur ulang serta mengompos sampah organik dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembuangan sampah.
Dukung kebijakan ramah lingkungan. Mendukung kebijakan yang mendorong penggunaan energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, dan praktik industri yang ramah lingkungan. Anda dapat pula mendukung perusahaan-perusahaan yang berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon mereka agar semakin banyak perusahaan besar yang turut sadar akan jejak karbon mereka.
Mengurangi jejak karbon adalah tanggung jawab bersama. Individu, organisasi, dan pemerintah harus bekerja sama untuk melakukan perubahan yang diperlukan untuk memerangi perubahan iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
Dengan mengambil langkah-langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari, kita semua dapat berkontribusi untuk mengurangi jejak karbon dan melindungi planet ini untuk generasi mendatang.
Comments